Aku Salah Apa?
Aileen masuk ke dalam rumah sambil melihat situasi. Entah karena apa dia merasa gugup ketika pulang ke rumahnya sendiri.
Suasananya tetap sama, sepi. Tapi, kali ini aura di sekitar rumah terasa lebih mencekam. Mungkin karena tadi Javier seperti marah-marah di iMess.
“Huh, syukur Om Papa belum pulang.”
Baru saja Aileen ingin bernapas lega, suara berat Javier mengalihkan atensinya. Ia melihat Pria Muda itu berjalan dari arah dapur menuju ruang tamu sambil membawa segelas jus di tangan kanannya.
“Baru pulang? Dari mana?”
“Ah? Hehe.”
Aileen hanya bisa tertawa canggung dengan kedua tangan yang penuh tas belanja. Ia mengangkat kedua tangannya untuk menunjukan kepada Javier apa yang dibeli.
Javier merasa kasihan melihat Aileen yang agak kerepotan membawa banyak tas belanja tersebut. Dengan ketangkasannya, ia mengambil alih semua tas belanja itu dari tangan mungil Sang Putri.
“Papa nanya loh, kok gak dijawab?” tanyanya lagi sambil berjalan lebih dulu ke ruang keluarga.
“Itu, beli itu.” Aileen menunjuk semua tas belanja di tangan Javier. “Buat besok MPLS. Ribet, kan? Banyak banget bawaannya.”
Gadis itu sudah sedikit mencairkan suasana. Buktinya, ia sudah bisa lebih bawel dari sebelumnya.
“Sama Om Dean?”
Aileen menjawab dengan anggukan.
“Kenapa gak sama Papa?”
“Eng...” Ia berpura-pura berpikir. “Karena kartu Papa sama Om Dean?”
“Kartu Papa cuma satu yang ada di Om Dean. Papa masih punya tiga lagi.”
Haruskah Aileen mengatakan kalau Javier itu sangat sombong? Ah, selain sombong, Javier juga cemburuan. Lebih tepatnya ia selalu cemburu pada Deandra yang selalu menemani Putrinya.
“Kalo ada yang perlu dibeli lagi, sama Papa aja,” ucap Javier.
“Takut ganggu waktunya.”
Javier menghembuskan napas berat. Ia mengerti alasan yang sebenarnya mengapa Aileen lebih memilih mengajak Deandra dari pada dirinya ketika keluar ke tempat umum.
Itu karena Aileen takut kalau Javier ketahuan sudah memiliki anak. Padahal, ketahuan atau tidak Javier tidak peduli. Bahkan rasanya Javier ingin selalu menunjukkan kepada dunia Putri Cantiknya ini.
Javier tidak bisa membanggakan betapa hebatnya Aileen di sekolah seperti orang tua lainnya. Javier tidak bisa leluasa datang ke sekolah hanya untuk menghadiri pertemuan orang tua. Itu karena pekerjaannya sebagai model dan public figure muda yang sukses. Mungkin nanti dunia akan terheran-heran mengapa Javier sudah memiliki anak remaja diusia yang terbilang muda.
Javier memutuskan untuk tidak membahas topik seperti tadi. Ia berdiri dari tempatnya dan kembali ke dapur.
“Ayo makan malem dulu, kamu belum makan, kan?”
“Belum. Om Papa yang masak?” Aileen bertanya dengan antusias sambil mengikuti langkah Javier.
“Iya. Nasi goreng doang gak papa, kan?”
Aileen mengangguk semangat. “Gak papa, aku selalu suka masakan Om Papa.”