Dinner

Kini, Javier dan Aileen semakin dekat. Benar-benar seperti orang tua dan anak sungguhan. Javier juga merasa lebih bahagia ketika ia tidak perlu lagi menyimpan rahasia mengenai Aileen pada dunia. Sekarang, ia bisa dengan bangga menunjukkan Putri Cantiknya yang pintar itu.

Dunia harus tau kalau Javier punya harta karun yang sudah disimpan lama olehnya.

Javier baru saja selesai memasang bingkai besar dibantu oleh beberapa orang. Bingkai yang di dalamnya ada fotonya dengan Aileen. Setelah kemarin selesai mengambil rapot Aileen, gadis itu mengajak Javier ke studio foto. Katanya, mau foto bareng aja. Ya, sebenarnya Javier senang bukan kepalang. Karena selama ini ia tidak punya foto berdua dengan anaknya yang bagus untuk dipajang di ruang keluarga.

Walaupun fotonya dadakan, Javier tetap terlihat tampan dan rapih dengan kemeja putih yang lengannya digulung sampai sebatas siku. Juga dengan Aileen dengan seragam sekolah kebanggaannya, walaupun Aileen sudah sedikit bosan dengan seragam Neo.

“Bagus ya? Tapi, kurang gede gak, sih?”

Javier tertawa mendengar sindiran Aileen. Karena nih ya, kalau dijelaskan, bingkai itu benar-benar besar. Kalau baru pertama masuk melalui pintu utama rumah tersebut, mata kalian akan tertuju pada bingkai yang menjadi sorotan utama di ruang keluarga itu.

“Mau yang lebih gede lagi, tapi takut gak muat.”

“Kalo gak muat ya beli rumah yang lebih gede aja lagi.”

“Hahahah, kok beli rumah?”

“Gak tau, aku ngasal aja, sih.”

Javier berjalan ke arah sofa diikuti Aileen.

“Kamu kok tumben pulangnya cepet?” tanya Javier.

Aileen itu tadi izin pergi main, katanya. Janji pulang sebelum jam 9 malam. Tapi, ia sudah ada di rumah pukul setengah 8 malam.

“Temen aku ada urusan mendadak.” Wajah gadis itu terlihat sedikit murung.

Javier sedikit tidak yakin kalau teman yang main dengan Putrinya ini hanya 'teman'.

“Kamu emang pergi sama siapa? Gak mungkin sama Calvian, tadi dia kesini nyariin kamu.”

Aileen melirik takut-takut. Ia tidak memberitahu Javier dengan siapa ia akan pergi. Tapi, Javier merasa lega karena Aileen pergi bukan dengan orang jahat.

“Pacar kamu, ya?” tanya Javier sedikit mengintimidasi.

“TEMEN!”

Javier semakin dalam menatap Aileen penuh selidik.

“Yaudah kalo gak percaya.”

Javier terkekeh kecil. “Iya percaya, kok.”

“Kamu udah makan malem?”

Aileen menggeleng. Melihat jawaban itu, Javier langsung berdiri dan berjalan ke arah dapur.

“Mau makan apa?”

“Makan di luar aja yuk? Mumpung belum malem banget, nih.”

“Oke.” Tanpa berpikir, Javier langsung menyetujui.

Ini kesempatan emas untuknya. Karena Aileen tidak pernah mengajaknya makan di luar berdua. Sesekali Javier mengajak, tapi selalu ditolak dengan dalih 'takut ketahuan publik kalau Jav punya anak'.

Ya sudah, Javier tidak mempermasalahkan itu. Sekarang ia lebih bebas untuk memiliki waktu dengan Putrinya.

“Papa ganti baju dulu, sebentar.”

“Oke.”