Mimpi
Javier merutuki kebodohannya yang benar-benar lupa tentang hari ini. Hari dimana orang tua Aileen kecelakaan 10 tahun lalu. Gadis itu pasti sedang menangis dalam tidurnya karena kembali memimpikan hari kelam tersebut.
Tanpa mengetuk pintu, Javier langsung masuk ke kamar Aileen. Ia sudah melihat Putrinya banjir keringat dengan air mata yang mengalir dari matanya yang terpejam.
Javier dengan perlahan membangunkan Aileen karena napas gadis itu sudab sedikit sesak. Ia menggunakan lengannya sebagai sandaran Aileen yang menangis dengan napas yang setengah-setengah.
“Maaf, Papa lupa, maaf.”
Javier berusaha menenangkannya. Untungnya, trauma Aileen tidak separah dulu. Sekarang, lebih mudah menenangkannya. Javier memberi segelas air putih agar gadis itu lebih tenang.
“Om Papa...”
“Iya, besok kita ke rumah Papa sama Mama kamu, ya?”
Aileen mengangguk. Ia lelah menangis. Tapi, isi kepalanya tak hentinya memutar kejadian dimana kecelakaan itu merenggut orang tuanya.
Hari itu, orang tuanya datang jauh-jauh dari bandara untuk menjemputnya di sekolah. Aileen kecil menunggu seorang diri karena sekolahnya sudah sepi. Dari depan gerbang, ia melihat mobil orang tuanya. Bahkan, ia melihat Papanya yang melambaikan tangan dari balik kemudi ke arahnya. Senyum mereka cerah, secerah matahari yang bersinar pada hari itu.
Tapi, tiba-tiba semuanya menjadi gelap ketika dari arah samping, truk besar dengan kecepatan tinggi menghantam mobil orang tuanya yang mau memutar arah ke arah sekolahnya.
Bunyi hantaman yang keras itu tak bisa Aileen lupakan. Saat itu, dirinya yang masih kecil cukup lambat untuk mencerna semua yang terjadi di hadapannya. Sampai ketika jalanan yang lumayan sepi itu sudah berubah menjadi kerumunan. Dan seseorang membawa Aileen kecil kedalam gendongan.
Javier yang saat itu masih SMA menatap penuh khawatir pada keponakannya. Air mata tanpa disadari mengalir di pipi tembam Aileen. Dirinya yang cukup kaget tak sanggup berkata-kata lagi selain menangis semakin kencang.
Sama seperti sekarang, Aileen kembali menangis kencang karena ingatan itu kembali. Javier membiarkan gadis itu menangis hingga lelah. Kalau bisa, ia ingin Aileen menangis sampai melupakan semua kejadian hari itu.
Javier juga sakit ketika melihat Aileen menangis.